Perkembangan
Penduduk Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANG
Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia. Kependudukan adalah hal ihwal yang
berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran,
perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta
ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Pengelolaan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya terencana untuk mengarahkan perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan
mengembangkan kualitas penduduk pada seluruh dimensi penduduk. Perkembangan
kependudukan adalah kondisi yang berhubungan dengan perubahan keadaan
kependudukan yang dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh keberhasilan
pembangunan berkelanjutan.
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek
fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,
produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai
ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai
manusia yang bertaqwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup
layak.
BAB II
PEMBAHASAN
B. LANDASAN PERKEMBANGAN PENDUDUK INDONESIA
Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung,
negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk
suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli,
penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang
yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi
lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang
menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena
alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang yang
berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan
akan kembali ke tempat asalnya.
Yang mendasari perkembangan penduduk di Indonesia adalah banyaknya
masyarakat yang menikahkan anaknya yang masih muda. Dan gagalnya program
keluarga berencana yang di usung oleh pemerintah untuk menekan jumlah penduduk.
Karena factor – factor tersebut tidak berjalan dengan semestinya, maka penduduk
Indonesia tidak terkendali dalam perkembangannya. Seharusnya dengan dua orang
anak cukup, maka ini lebih dari dua orang dalam setiap suami istri. Karena perkembangan
penduduk yang sangat tidak terkendali, maka banyak terjadinya kemiskinan,
pengangguran, kriminalitas, gelandangan, anak jalanan, dan sebagainya. Dan
masalah permukiman yang tidak efisien lagi. Banyaknya rumah yang lingkungannya
kumuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, 50% penduduk
Indonesia hidup dalam kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.
C. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN
Bertambahnya
penduduk jelas akan bertambah pula kepadatan pemukiman. Hal ini diakibatkan
bertambahnya populasi manusia yang semakin banyak. Ini jelas akan terjadi
kejenuhan yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta .bertambahnya penduduk
jelas mempengaruhi lingkunga seperti banyaknya sampah dan tata ruang atau kota
yang sangat buruk dan menghilangkan keindahan kota.
Berkembangnya
pertambahan penduduk harus juga diikuti oleh banyaknya lowongan kerja karena
jika tidak adanya lowongan kerja akan terjadi suatu tingkat pengangguran yang
tidak sedikit. Jika hal ini tidak diperhatikan maka akan banyak tingkat
criminal. Lingkungan yang banyak penduduknya biasanya dapat mengurangi
keindahan tempat memukiman terseebut seperti banyaknya sampah karena banyaknya
penduduk yang membuang sampah sembarangan .
D. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN
Pertumbuhan
penduduk yang relatif (masih) tinggi ini merupakan suatu masalah yang terus
diupayakan pengendalian pertumbuhannya. Hal ini, jika tidak dilakukan sedini
mungkin, akan berpengaruh terhadap mutu kehidupan yang kian hari makin merosot.
Salah satu hal yang dilakukan yaitu melalui program Keluarga Berencana dengan
berbagai caranya yaitu penggunaan alat-alat kontrasepsi. Namun berbagai
hambatan baik berupa agama, adat dan alasan ekonomi turut berperan; walaupun
tujuan program ini sangat penting dalam menunjang meningkatnya taraf hidup
keluarga.
Salah satu
langkah yang penting guna menunjang dan menyadarkan penduduk tentang tujuan
program keluarga berencana, yaitu melalui pendidikan. Sebab pada prinsipnya bahwa
pendidikan selalu membawa penduduk ke arah perubahan pemikiran yang positif
dalam menunjang pembangunan, yaitu peningkatan taraf hidup penduduk guna
mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan
sangat penting karena untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Dengan adanya
pertumbuhan dan tingkat pendidikan kita bisa mengetahui seberapa jauh tingkat
pemikiran kita tentang pendidikan. Dengan demikian, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat (derajad) antara tingkat
pendidikan penduduk dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi.
E. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP
Pertumbuhan
penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya.
Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah kelahiran,
kematian, dan perpindahan penduduk. Kelahiran dan kematian dinamakan faktor
alami sedangkan perpindahan penduduk adalah faktor non alami. Migrasi ada dua
yaitu migrasi masuk yang artinya menambah jumlah penduduk sedangkan migrasi
keluar adalah mengurangi jumlah penduduk. Migrasi itu biasa terjadi karena pada
tempat orang itu tinggal kurang ada fasilitas yang memadai. Selain itu juga
kebanyakan kurangnya lapangan kerja. Maka dari itu banyaklah orang yang
melakukan migrasi.
Dalam dalam
masalah ini maka penduduk tidak aka jauh dengan masalah kesehatan atau penyakit
yang melanda penduduk tersebut,dikarenakan lingkungan yang kurang terawat
ataupun pemukiman yang kumuh,seperti limbah pabrik,selokan yang tidak terawat
yang menyebabkan segala penyakit akan melanda para penghuni wilayah tersebut
yang mengakibatkan kematian dan terjadi pengurangan jumlah penduduk.
Untuk menjamin kesehatan bagi semua orang di lingkunan yang sehat, perlu
jauh lebih banyak daripada hanya penggunaan teknologi medikal, atau usaha
sendiri dalam semua sektor kesehatan.
Usaha-usaha secara terintegrasi dari semua sektor, termasuk
organisasi-organisasi, individu-individu, dan masyarakat, diperlukan untuk
pengembangan pembangunan sosio-ekonomi yang berkelanjutan dan manusiawi,
menjamin dasar lingkungan hidup dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan.
Seperti semua makhluk hidup, manusia juga bergantung pada lingkungannya
untuk memenuhi keperluan-keperluan kesehatan dan kelangsungan hidup.
Kesehatanlah yang rugi apabila lingkungan tidak lagi memenuhi
kebutuhan-kebutuhan manusia akan makanan, air, sanitasi, dan tempat
perlindungan yang cukup dan aman- karena kurangnya sumber-sumber atau
distribusi yang tidak merata.
Kesehatanlah yang rugi apabila orang-orang menghadapi unsur-unsur
lingkungan yang tidak ramah- seperti binatang-binatang mikro, bahan-bahan
beracun, musuh bersenjata atau supir-supir yang mabuk.
Kesehatan manusia adalah keperluan dasar untuk pembangunan berkelanjutan.
Tanpa kesehatan, manusia tidak dapat membangun apa pun, tidak dapat menentang
kemiskinan, atau melestarikan lingkungan hidupnya. Sebaliknya, pelestarian
lingkungan hidup merupakan hal pokok untuk kesejahteraan manusia dan proses
pembangunan. Lingkungan yang sehat menghasilkan masyarakat yang sehat,
sebaliknya lingkungan yang tidak sehat menyebabkan banya
F.
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KELAPARAN
Masalah
kemiskinan, kelaparan dan kekurangan gizi menjadi masalah kompleks dan saling
terkait. Diperlukan upaya jangka pendek dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
sinergis dengan upaya jangka panjang sehingga mampu memberdayakan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Hal itu disampaikan Menkes, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH. Dr. PH, saat membuka peringatan End Hunger Walk the World 2010, di Jakarta, tanggal (06/06, 2010), yang diikuti sekitar 12.000 peserta. Hadir dalam acara, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA, dan dimeriahkan juga oleh para artis dan sponsor, antara lain TNT, Unilever, dan Bank BNI.
Selanjutnya
dikatakan Menkes, dalam pencapaian pembangunan MDGs terkait upaya peningkatan
kelangsungan hidup anak di masa mendatang, pada tahun 2015 setiap negara harus
berupaya terus untuk menurunkan separuh jumlah penduduk miskin dan kelaparan.
Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat sekitar 907
juta penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan pangan.
Diperkirakan
10.9 juta anak balita meninggal setiap tahun yang disebabkan oleh kekurangan
gizi mencapai 60%. Saat ini terdapat sekitar 18% anak balita (3.2 juta)
menderita kekurangan gizi yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.
Dalam
menanggulangi masalah gizi, Pemerintah terus berupaya melalui berbagai program,
seperti penimbangan yang dilaksanakan di Posyandu dan Rumah Pemulihan Gizi. Gunanya
untuk mendeteksi adanya bayi dan anak balita dengan gizi kurang sehingga bisa
cepat dilakukan penanganan, baik di Puskesmas maupun di rumah sakit, kata
Menkes.
Program Walk
the World 2010 diselenggarakan setiap tahun, serentak di seluruh penjuru dunia.
Kegiatan ini terlaksana dalam bentuk gerak jalan sejauh 5 km guna menggalang
dan meningkatkan kepedulian masyarakat dalam program World Food Programme
(WFP). Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat, khususnya masyarakat
miskin yang masih mengalami kekurangan pangan, terutama pada kelompok anak
balita dan anak sekolah agar mendapatkan asupan gizi seimbang untuk menjamin
tumbuh kembang yang optimal serta hidup sehat
G. KEMISKINAN DAN KETERBELAKANGAN
Pertumbuhan
penduduk yang semakin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan hingga pendidikan. Denga
adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahlah sistem
mata pencaharian hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda
dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupannya. Mansia
dapat memanfaatkan dang mengembangkan akal budinya.Akibat dari perkembangan
kebudayaan ini, telah mengubah cara berfikir manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Sehubungan dengan
hal tersebut dalam pokok bahsan ini, akan ditelaah mengenai pertumbuuhan
penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya pranata-pranata sebagai akibat
perkembangan kebudayaan.
Pertumbuhan
penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi
umumnya dan maalah penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap
jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial
ekonomi suatu daerah atau negara bahkan dunia. Misal: dengan bertambahnya
penduduk berarti pula harus bertambah pula persediaan bahan makanan, perumahan,
kesempatan kerja, jumlah gedung sekolah dan sebagainya.
Disamping
itu apabila pertambahan penduduk tidak dapat diimbangi dengan pertambahan
fasilitas di atas akan menimbulkan masalah-masalah. Misalnya akan bertambah
tingginya angka pengangguran, semakin meningkatnya tingkat kemiskinan, banyak
anak usia sekolah yang tidak tertampung sehingga timbulnya berbagai kejahatan
atau kriminalitas lain.
Salah satu
wabah penyakit yang melanda negara-negara yang sedang berkembang ialah
kemiskinan beserta saudara kembarnya, yaitu keterbelakangan. Kemiskinan dan
keterbelakangan adalah suatu penyakit, karena dalam kenyataannya dua hal itu
melemahkan fisik dan mental manusia yang tentunya juga berdampak negative
terhadap lingkungan.
Kemiskinan
dan keterbelakangan begitu erat kaitannya satu sama lain sehingga dapat
dianggap sebagai satu pengertian, maka digunakan satu istilah saja, yaitu
kemiskinan di mana sudah terkait pengertian keterbelakangan.
Dampak
kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya, baik
lingkungan social maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas
negative. Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi minimal bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan social
tampakmengalirnya penduduk ke kota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyaknya tukang becak, pemungut punting, gelandangan,
pengemis, dan sebagainnya yang menghuni kampung-kampung liar dan jorok di
gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia.
Sebab-sebab
kemiskinan yang pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu
sendiri, minimnya ketrampilan yang dimilikinya, ketidakmampuannya untuk
memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah
penduduk yang relatif berlebihan.
Kemiskinan
dan keterbelakangan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah
ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah
yang telah mapan,dll.
Kemiskinan
dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a. Gambaran
kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari,
sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini
dipsdfgeggahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b. Gambaran
tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk
pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan
tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c. Gambaran
tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik
dan ekonomi di seluruh dunia.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi, dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan pengaruh pertumbuhan penduduk dan
kebudayaan dapat mempengaruhi perubahan sosial, Perbedaan-perbedaan itu menunjukkan perubahan baik dibidang ekonomi,
politik, hukum, pendidikan, maupun kesehatan. Terutama pada perubahan bidang
sosial. Sehingga perkembangan sosial pada saat ini mengangalami modernisasi dan
kebanyakan sudah meninggalkan kebiasaan sosial pada jaman dahalu yang erat akan
budaya nya masing masing.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, Peraturan
Daerah Kota Bandung No 11 Tahun 2005: Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kota Bandung Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan.Bandung
Anonim,
2005. Rancangan undang-Undang Pengelolaan Sampah, Kementrian
Lingkungan
Hidup. Jakarta
Anonim, Undang-undang
No 23 Tahun 1997: Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta
Anonim,
2005. Sampah Bandung Terancam tidak terangkut: Artikel Harian Umum
Pikiran Rakyat tanggal 22 Februari 2005. Bandung.
Anonim,
2007, Menanggani Sampah Kota Bandung: Artikel Harian Sindo tanggal
31 Mei 2007. Jakarta.
Anonim, 1997, Ringkasan Agenda 21 Indonesia
(Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan), Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, United Nations Development Program.
Catenese, A.J. and Sayder, J.C., 1988, Perencanaan
Kota, Wahyudi (Ed.), Edisi ke-II, Erlangga, Jakarta.
Sastrawijaya, A.T., 2000, Pencemaran Lingkungan,
Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta.
Sipardi, I, 2003, Lingkungan Hidup dan
Kelestariannya, Cet. II, Alumni, Jakarta.
Soeriaatmadja, R.E., 1989, Ilmu Lingkungan,
Edisi ke-IV, ITB, Bandung.
Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya tanah dan
Air, ANDI, Yogyakarta.
Tandjung, S.D., 1999, Pengantar Ilmu Lingkungan,
Laboratorium Ekologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.