BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sebagai bangsa yang besar dan memiliki berbagai macam
etnis, suku, agama, ras yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke,
termasuk di dalamnya adalah Jakarta sebagai Ibukota Indonesia. Jakarta terdiri
dari berbagai macam masyarakat dengan berbagai macam perbedaan suku, agama,
ras, tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi dan sebagainya atau bisa juga disebut
sebagai miniatur Indonesia.
Perbedaaan selalu ada didalam kehidupan bermasyarakat,
tetapi tergantung bagaimana cara kita menyikapi perbedaan tersebut. Apabila
kita menyikapi perbedaab secara positif akan tercipta kedamaian, apabila kita
menyikapi secara negatif, akan terjadi konflik atau perpecahan. Karakter Karakter
Jakarta yang merupakan wilayah urban yang paling diminati oleh para perantau
sehingga menimbulkan banyak warna dalam masyarakat. Masalah-masalah sosial
muncul karena rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, semakin pudarnya
pengimplementasian nilai-nilai Pancasila, minimnya pendidikan karakter, juga
rendahnya sifat toleransi dan saling menghargai pada masyarakat yang kerap
melakukan tawuran.
Pada kenyataannya, perbedaan yang ada di masyarakat
menjadi salah satu pemicu terjadinya konflik. Konflik dapat terjadi di
masyarakat karena perbedaan pendapat, perbedaan paham, terlalu fanatik dengan
yang diyakini, salah paham, perasaan yang sensitif, sampai dengan masih
labilnya kejiwaan yang biasanya terjadi pada remaja. Contohnya adalah tawuran
yang masih sering terjadi.
Oleh karena itu, dalam kehidupan bermasyarakat tentu
ada sekelompok orang yang memiliki kedudukan yang berpengaruh dan diakui
sebagai pemimpin oleh suatu kelompok atau golongan tertentu dalam mengontrol
perilaku masyarakatnya yang disebut dengan tokoh masyarakat. Tokoh masyarakat
memiliki tugas dan fungsi yaitu mampu merencanakan, mengorganisir, serta
mengontrol warganya. Dengan adanya fungsi tersebut di nilai sangat penting
dalam membentuk dan membina perilaku moral masyarakat karena dia selaku
pemimpin yang diakui oleh masyarakat. Kontribusi dari seorang tokoh masyarakat
menjadi lebih kompleks dalam mewujudkan penerapan nilai dalam masyarakat karena
sikap yang ditunjukkan oleh seorang tokoh akan mempengaruhi sebagian kecil
tingkah laku masyarakat.
Seperti halnya di Otista Raya Jakarta timur, hampir semua pemicu tawuran massal adalah
masalah-masalah sepele. Sebagian besar peristiwa tawuran massal berawal dari
adanya perasaan tersinggung seorang atau sekelompok warga karena diejek atau
tidak sengaja bersenggolan dengan seorang atau sekelompok warga lain ketika
berpapasan di jalan, saat menonton pertandingan atau bahkan ketika kalah
bermain bola dan sebagainya. Sedangkan penyebab lainnya berhubungan dengan
masalah ekonomi dan kependudukan (tingkat pengangguran yang tinggi, peredaran
narkoba, pendidikan yang rendah, tingkat kepadatan penduduk dan lain-lain)
serta adanya masalah pribadi yang berkembang menjadi masalah kelompok.Di tengah
upaya meredakan kekerasan antarwarga di Otista Raya,Jakarta Timur
tawuran masih saja terjadi. Bahkan tawuran antara dua kelompok warga terjadi di
kawasan itu Minggu (20/06/2014) dinihari berimbas pada kebakaran di dua rumah serta
satu sepeda motor. Tawuran terjadi sehari sebelumnya Sabtu (19/06/2014) pukul 20.00 WIB sampai 24.00 WIB. Berbagai acara seperti arak-arakan, pentas
seni dan bazar diadakan untuk memeriahkan acara itu. Ironisnya acara festival
budaya itu digelar sebagai upaya meredam tawuran antarwarga di kawasan itu
sehari usai festival budaya tawuran pecah. Kondisi
masyarakat yang heterogen, apabila dikelola dengan baik maka akan menutup
peluang terjadinya tindakan anarkis, destruktif, dan merusak lingkungan maupun
fasilitas sosial dan fasilitas umum. Pemukiman penduduk yang memiliki jumlah
penduduk yang sangat tinggi ditambah lagi dengan rendahnya kesejahteraan dan
tingginya angka pengangguran sangat dapat memicu timbulnya konflik, baik itu
antar individu maupun antar kelompok. Oleh sebab itu, pemerintah berkewajiban
memberikan fasilitas yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam berekspresi dan
berkreasi sesuai dengan minatnya. Apabila semua fasilitas yang menunjang
kehidupan telah terpenuhi, maka kecil kemungkinan bagi warga untuk tidak hidup
tertib karena semua kebutuhan akan kelangsungan hidupnya telah terpenuhi.
1.2 Tujauan
Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh data
empiris tentang peran tokoh masyarakat dalam mengatasi tawuran antar warga di
RW 08 Otista Raya
Jakarta Timur.
1.3 Sasaran
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan akan
memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan
orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Pemimpin
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pemimpin
formal dan pemimpin
informal. Pemimpin formal ialah
orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam
struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya,
untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin
informal ialah orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal
sebagai pemimpin, namun karena iamemiliki sejumlah kualitas unggul, dia
mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan
perilaku suatu kelompok atau masyarakat. Tokoh masyarakat adalah mereka yang
memiliki kedudukan sosial dan dihormati di lingkungannya. Mereka disebut tokoh
masyarakat karena memiliki kedudukan serta pengaruh dan diakui oleh masyarakat.
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1987 pasal 1 ayat 6 Tentang Protokol bahwa tokoh
masyarakat adalah seseorang yang karena kedudukan sosialnya menerima kehormatan
dari masyarakat dan/atau Pemerintah. Sedang pengertian tokoh masyarakat menurut
UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat 2 Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia bahwa tokoh masyarakat ialah pimpinan informal masyarakat yang telah
terbuki
BAB II
PERMASALAHAN
Analisis permasalahan
Dampak Sosial Tawuran Antar Wilayah RT/RW di Jakarta dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
kondisi lingkungan internal maupu neksternal dilihat dari aspek :
1.
Kekuatan (Strength)
a.
Kekompakan dalam melakukan aksinya tersebut
b.
Mendapatkan nama jagoan diantara pemenang tawuran
tersebut
c.
Tenaga
perkelompok
d.
Untuk mencapai tujuan kemenangan bersama
2.
Kelemahan (Weakness)
a.
Tidak berani bila aksinya tersebut dilakukan secara satu lawan satu
b.
Merugikan pihak lain
c.
Pencemaran
nama baik,
d.
Kurangnya peran aparat keamanan
3.
Peluang
(Opportunity)
a. Kemenangan
b. Kekalahan
c. Penyesalan
d. Pemegang kekuasaan
4. Tantangan/Hambatan
(Threats)
a. Tenaga dalam
melakukan tawuran
b. Menjadi
catatan buruk bagi masyarakat
yang dirugikan
c. Membuktikan siapa yang jagoan diantara
kelompok tawuran tersebut
d. Merugikan bagi masyarakat banyak
BAB
III
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
1.
Kesimpulan
a. Dengan kesadaran diri sendiri yang besar
mewujudkan ketentraman
b. Pemimpin
dapat dibagi menjadi dua, yaitu pemimpin formal dan pemimpin informal.
Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu
ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan
kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
c. Tokoh masyarakat adalah mereka
yang memiliki kedudukan sosial dan dihormati di lingkungannya. Mereka disebut
tokoh masyarakat karena memiliki kedudukan serta pengaruh dan diakui oleh
masyarakat.
d.
Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2002 pasal 39 ayat
2 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia bahwa tokoh masyarakat ialah
pimpinan informal masyarakat yang telah terbukti menaruh perhatian terhadap
kepolisian.
2.
Rekomendasi
a.
http://skripsippknunj.org
b.
JURNAL
PPKN http://skripsippknunj.org
ISSN: 2337-5205
c.
PPKN ilmu sosial
dasar http://skripsiilmusosialdasar.ac.id
d.
Buku cara
bermasyarakat Ilmu Sosial Dasar (th. 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar